Senin sampai rabu, 10-12 Juni 2013 kemarin, Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi, Universitas Jenderal Soedirman mengadakan acara pelatihan Teknik-Teknik Dasar Bioteknologi. Acara yang dikemas cukup apik dengan mengedepankan aspek pengenalan dan pembekalan kemampuan teknis buat para pesertanya (bukan hanya sekedar teori belaka) ini cukup menarik minat masyarakat. Terbukti dengan jumlah peserta yang mencapai 22 orang (dari 23 orang pendaftar) melebihi target yang hanya 20 orang. Jumlah peserta memang sengaja dibatasi agar acara pelatihan teknis yang diadakan lebih optimal.
Dengan biaya 500 ribu untuk tiga hari pelatihan, beragam kemampuan teknis diajarkan kepada peserta, dari mulai pemipetan, hitungan kimia, sampai kepada teknik isolasi DNA dan kuantitasinya, Polymerase Chain Reaction, dan pemotongan DNA dengan enzim restriksi. Peserta juga tidak lupa dibekali praktik dry lab seperti desain primer, pembuatan marka molekul, dan analisis kekerabatan dengan pohon filogenetik.
Para instruktur, yang terdiri atas dosen dan peneliti di lingkungan Fakultas Pertanian UNSOED (Suprayogi, Ph.D, Dr. Noor Farid, Prita Sari Dewi, Ph.D, Dyah Susanti, MP., dan Sapto Nugroho Hadi, M.Biotech) dan mitranya dari PT NUTRILAB PRATAMA (Dasep, SSi dan Yoyon Arif, SSi), dibantu staf dan mahasiswa di lingkungan Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi (Eko Binnaryo Mei Adi, MP., Priyatiningsih, SP, dan Amri Susetiyo) selain mengajarkan dan melatih peserta tentang teknik-teknik dasar bioteknologi dengan prosedur dan alat konvensional, juga memberikan pelatihan bagaimana menggunakan prosedur yang praktis menggunakan kit dan alat-alat mutakhir. Tujuannya agar peserta dapat membandingkan kedua teknik tersebut dan bisa memilih teknik dan alat mana yang akan digunakan di tempat masing-masing, tentu disesuaikan dengan kemampuan instansinya.
Dari hasil yang diperoleh, terungkap bahwa teknik konvensional ternyata mampu menghasilkan data yang kurang lebih serupa dengan data yang diperoleh dari teknik bioteknologi yang menggunakan kit dan alat lebih modern. Namun tentu dari segi kepraktisan dan rentang waktu pengerjaan, teknik modern jauh lebih unggul.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari peserta, teknik dasar seperti ini sudah seharusnya sering diberikan kepada masyarakat umum agar lebih membumi. Bagi sebagian peserta ilmu bioteknologi bagaikan ilmu khayalan dan imajinatif. Mereka mengetahui tentang bioteknologi hanya sebatas dari buku ajar ataupun informasi yang mereka dapat dari media. Wajar saja ketika teknik bioteknologi ini diajarkan kepada mereka, rasa takjub bahwa ternyata DNA bisa diisolasi, dikuantitasi, dideteksi, bahkan dipotong menjadi pengalaman yang luar biasa dan bisa menjadi oleh-oleh yang berharga bagi murid, mahasiswa, atau rekan-rekan di instansi masing-masing. Sebagian peserta berharap acara pelatihan ini ada kelanjutannya agar kemampuan dan keterampilan mereka semakin terasah.
Semoga ke depannya, ilmu bioteknologi dan aplikasinya bisa lebih membumi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dalam lingkup lebih luas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar